MALAIKAT HATIKU
Karya Ross
Shield Renti Bellinda
Sungguh aneh. Setelah sekian lama kita
berpisah dan aku selalu mencoba menampismu dari hidupku dan menganggap kamu tak
pernah ada tapi ternyata rasa cinta itu masih ada dan selalu ada untukmu.
Setiap malam dalam setiap tidurku selalu terlintas wajahmu yang tersenyum
lembut dengan kata-kata yang selalu hangat dan ramah yang keluar dari mulutmu kepada
semua orang dan setiap nasehatmu yang bijak dan menopang tanpa ada kata
menyalahkan.
Kamu seperti malaikat, malaikat yang
diutus Tuhan untuk menjagaku. Menjaga tingkahku dengan setiap nasehatmu yang
bijak, menjaga hatiku dengan kata-kata cinta yang kau ucap, menghiburku dengan
tingkah dan kata-katamu yang lucu dan menggoda, dan bersamaku ketika semua
orang meninggalkanku dan menyudutkanku.
Masih
saja teringat dalam memori ini, semua moment yang sering kita lewati berdua.
Kamu yang selalu menyambutku setiap pagi di kelas, yang selalu tersenyum
kepadaku setiap pagi, dan menelponku setiap malam. Saat aku sendiri di kelas,
ada kamu yang selalu ada untuk membuang rasa sepi dan jenuhku. Cerita-cerita
lucumu yang kadang tidak nyambung dan
terkesan aneh selalu membuatku tertawa. Suarumu yang merdu dan teduh membuatku
selalu merindukanmu.
Kamu
masih saja sama seperti dulu, 6 tahun yang lalu sebelum kamu pergi
meninggalkanku. Disini, seorang diri. Kamu berjanji akan kembali dan aku masih
menunggunya sampai sekarang. Tahukah engkau?
Malaikatku,
aku sangat merindukanmu. Rindu menyentuh tanganmu yang lembut dan hangat, yang
menggenggamku dikala aku jatuh dan tak sanggup berdiri. Malaikatku, kamu memang
nakal selalu membuntutiku kemanapun aku pergi saat di sekolah. Mengintipku saat
aku sedang memilih buku di perpustakaan. Aku rindu saat kamu melemparkanku
surat dan memaksaku untuk membalasnya. Apakah kamu ingat surat yang kau tulis
kepadaku,
Aku bagaikan bintang yang paling bersinar dimalam gelap diantara jutaan
bintang di langit. Aku bagaikan pelangi yang selalu ada untuk menghapus dukamu.
Dan aku
membalasnya,
Kamu memang bintang yang paling bersinar, kamu memang pelangi dan lebih
indah dari pelangi di langit. Kamu seperti malaikat, malaikat yang dikirim
Tuhan untuk menemaniku danmenjagaku setiap saat dalam suka dan duka.
Saat
itu selesai membaca surat itu kamu menoleh kepadaku dan tersenyum manis, sangat
manis, yang tak bisa aku lupakan hingga saat ini. Dan kita malah asyik main
surat-suratan sampai ditegur guru dan di ejek teman-teman sekelas. Kamu memang
nekat, semua sedang fokus belajar kamu malah menggodaku dan selalu melakukan
tingkah konyol untuk menarik perhatianku. Dan parahnya aku terjebak pada
magnetmu dan tidak bisa melepaskan diri.
Malaikatku
jika waktu bisa diulang, aku ingin kembali disaat-saat aku masih memilikimu. Di
saat kamu memintaku untuk menemuimu di bawah pohon depan sekolah. Aku ingin
mengulang dan memperbaiki semuanya. Harusnya aku datang saat itu tapi aku malu,
malu kenapa? Aku tak tahu.
Malaikatku,
aku sangat menyayangimu. Tapi rasa sayang itu sangat menyiksaku ketika tiada
kau lagi, ketika kau hilang entah kemana. Malaikatku apa kau masih ingat ketika
pertama kali kau bilang kepadaku,
“Aku gak tau kenapa, tapi aku menyukaimu. Aku sayang kamu.”
“Aku juga sayang kamu.”
“Iya, janji ya kamu bakal nunggu aku kembali?”
“Iya, aku janji.”
Bertahun-tahun sudah kulewati sendiri
tanpa ada titik terang untuk hubungan kita selama ini. Aku memang munafik. Aku
mengingkari hadirmu tapi aku selalu mencari hadirmu. Malaikatku maafkan aku
jika mencoba menghapusmu dari benakku, jika aku mencoba mencari penggantimu.
Hari itu setelah penantian panjang
yang kujalani, aku menemukanmu tapi engkau tidak mengenalku. Aku hanya bisa
melihatmu dari jauh. Aku tak bisa menjangkau ataupun mendengar suaramu.
Keterbatasan ruang dan waktu menghalangiku.
Malaikatku, aku tahu kamu sudah
melupakanku dan menganggapku “mantan” dan rasa sayang itu hanya ada dulu
untukku. Aku tahu disana kamu sudah menemukan penggantiku. Mungkin memang
benar, aku bukan jalan dan takdirmu.Tapi malaikatku, tahukah engkau aku bahagia
melihatmu bahagia walau ada rasa perih dalam hati ini ketika kata-kata cinta
itu kau ucapkan juga kepada wanita lain.
Malaikatku, kamu memang selalu
membahagiakanku tapi kini kamu membuatku terluka. Tahukah engkau? Malaikatku.
Malaikatku. Ya, kamu memang malaikat apapun yang terjadi. Malaikat yang gagah
perkasa namun lembut dan penyayang seperti namamu, Michael. Kamu memang
malaikat, malaikat hatiku untuk hari ini dan selamanya.
***
Palangkaraya,
09 Januari 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH ATAS KOMENTARNYA :)