Masih dengan kegalauan dan kemuramanku di kamar sambil
menikmati lagu “When You Tell Me That You Love Me” aku menikmati malam ini
dengan senyum yang masih terukir mengkerut. Aku masih merasa hidup ini baru ku
jalani hari ini, seakan-akan baru kemaren aku dilahirkan. Ketika mencapai
klimaks lagu aku tersadar bahwa aku pernah berjanji kepada seseorang yang bisa
dibilang sudah merenggut hatiku. Yah, menyakitkan dan lucu untuk di sesali
karena semua telah berakhir dan sudah saatnya harus di akhiri dan saling menjauh.
Ya, mungkin itu jalan terbaik. Tapi, yah, janji tinggal janji. Rasa tinggal
rasa. Sayang tinggal sayang. Tak ada artinya lagi untuk kembali. Karena kini
semakin tergambar jelas bahwa saatnya telah tiba untuk saling melupakan dan
berjalan sendiri.
Andai. Andai
apa? Tak ada andai apapun yang ku harapkan. Aku sadar, untuk apa menanti orang
yang memang tak pernah mencintaimu dan mau menerimamu apa adanya, tak pernah
bersatu dalam 1 jalan dan 1 pikiran. Berbeda itu indah, tapi apa jadinya jika
perbedaan itu juga yang menjemukan dan meretakkan sebuah jalinan yang telah
terikat bertahun-tahun. Tak ada kata untuk bersatu, tak ada kata untuk saling
mengalah. Sama-sama memiliki ambisi dan jalan pikiran masing-masing. 1 ingin di
mengerti, 1 ingin di perhatikan. 1 menuntut ini, 1 meminta ini. Tak pernah
bersatu dan tak akan menyatu. Mengatakan setia pada akhirnya mendua. Kadang,
memang harus di sadari semua kandas tanpa disadari. Sudahlah, hanya itu yang
aku katakana kepada diriku. Jika memang ini akhirnya apa boleh buat. Tak
mungkin harus memaksa orang yang hatinya tak pernah untukmu untuk saling
bersama. KENYATAAN
KADANG TAK SESUAI HARAPAN. Untuk apa berharap terlalu banyak pada
hal yang sebenarnya sia-sia. Sudahlah, selamat tinggal. Pergilah bersamanya dan
jika saatnya telah tiba jangan sesali lagi keputusanmu padamu. Cukup aku
menunggu. Cukup aku menanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH ATAS KOMENTARNYA :)