Sabtu, 11 Januari 2014

CERPEN: MALAIKAT HATIKU

MALAIKAT HATIKU
Karya Ross Shield Renti Bellinda

          Sungguh aneh. Setelah sekian lama kita berpisah dan aku selalu mencoba menampismu dari hidupku dan menganggap kamu tak pernah ada tapi ternyata rasa cinta itu masih ada dan selalu ada untukmu. Setiap malam dalam setiap tidurku selalu terlintas wajahmu yang tersenyum lembut dengan kata-kata yang selalu hangat dan ramah yang keluar dari mulutmu kepada semua orang dan setiap nasehatmu yang bijak dan menopang tanpa ada kata menyalahkan.
          Kamu seperti malaikat, malaikat yang diutus Tuhan untuk menjagaku. Menjaga tingkahku dengan setiap nasehatmu yang bijak, menjaga hatiku dengan kata-kata cinta yang kau ucap, menghiburku dengan tingkah dan kata-katamu yang lucu dan menggoda, dan bersamaku ketika semua orang meninggalkanku dan menyudutkanku.
Masih saja teringat dalam memori ini, semua moment yang sering kita lewati berdua. Kamu yang selalu menyambutku setiap pagi di kelas, yang selalu tersenyum kepadaku setiap pagi, dan menelponku setiap malam. Saat aku sendiri di kelas, ada kamu yang selalu ada untuk membuang rasa sepi dan jenuhku. Cerita-cerita lucumu yang kadang tidak nyambung dan terkesan aneh selalu membuatku tertawa. Suarumu yang merdu dan teduh membuatku selalu merindukanmu.
Kamu masih saja sama seperti dulu, 6 tahun yang lalu sebelum kamu pergi meninggalkanku. Disini, seorang diri. Kamu berjanji akan kembali dan aku masih menunggunya sampai sekarang. Tahukah engkau?
Malaikatku, aku sangat merindukanmu. Rindu menyentuh tanganmu yang lembut dan hangat, yang menggenggamku dikala aku jatuh dan tak sanggup berdiri. Malaikatku, kamu memang nakal selalu membuntutiku kemanapun aku pergi saat di sekolah. Mengintipku saat aku sedang memilih buku di perpustakaan. Aku rindu saat kamu melemparkanku surat dan memaksaku untuk membalasnya. Apakah kamu ingat surat yang kau tulis kepadaku,
Aku bagaikan bintang yang paling bersinar dimalam gelap diantara jutaan bintang di langit. Aku bagaikan pelangi yang selalu ada untuk menghapus dukamu.

Dan aku membalasnya,
Kamu memang bintang yang paling bersinar, kamu memang pelangi dan lebih indah dari pelangi di langit. Kamu seperti malaikat, malaikat yang dikirim Tuhan untuk menemaniku danmenjagaku setiap saat dalam suka dan duka.

Saat itu selesai membaca surat itu kamu menoleh kepadaku dan tersenyum manis, sangat manis, yang tak bisa aku lupakan hingga saat ini. Dan kita malah asyik main surat-suratan sampai ditegur guru dan di ejek teman-teman sekelas. Kamu memang nekat, semua sedang fokus belajar kamu malah menggodaku dan selalu melakukan tingkah konyol untuk menarik perhatianku. Dan parahnya aku terjebak pada magnetmu dan tidak bisa melepaskan diri.
Malaikatku jika waktu bisa diulang, aku ingin kembali disaat-saat aku masih memilikimu. Di saat kamu memintaku untuk menemuimu di bawah pohon depan sekolah. Aku ingin mengulang dan memperbaiki semuanya. Harusnya aku datang saat itu tapi aku malu, malu kenapa? Aku tak tahu.
Malaikatku, aku sangat menyayangimu. Tapi rasa sayang itu sangat menyiksaku ketika tiada kau lagi, ketika kau hilang entah kemana. Malaikatku apa kau masih ingat ketika pertama kali kau bilang kepadaku,
“Aku gak tau kenapa, tapi aku menyukaimu. Aku sayang kamu.”
“Aku juga sayang kamu.”
“Iya, janji ya kamu bakal nunggu aku kembali?”
“Iya, aku janji.”
          Bertahun-tahun sudah kulewati sendiri tanpa ada titik terang untuk hubungan kita selama ini. Aku memang munafik. Aku mengingkari hadirmu tapi aku selalu mencari hadirmu. Malaikatku maafkan aku jika mencoba menghapusmu dari benakku, jika aku mencoba mencari penggantimu.
          Hari itu setelah penantian panjang yang kujalani, aku menemukanmu tapi engkau tidak mengenalku. Aku hanya bisa melihatmu dari jauh. Aku tak bisa menjangkau ataupun mendengar suaramu. Keterbatasan ruang dan waktu menghalangiku.
          Malaikatku, aku tahu kamu sudah melupakanku dan menganggapku “mantan” dan rasa sayang itu hanya ada dulu untukku. Aku tahu disana kamu sudah menemukan penggantiku. Mungkin memang benar, aku bukan jalan dan takdirmu.Tapi malaikatku, tahukah engkau aku bahagia melihatmu bahagia walau ada rasa perih dalam hati ini ketika kata-kata cinta itu kau ucapkan juga kepada wanita lain.
          Malaikatku, kamu memang selalu membahagiakanku tapi kini kamu membuatku terluka. Tahukah engkau? Malaikatku. Malaikatku. Ya, kamu memang malaikat apapun yang terjadi. Malaikat yang gagah perkasa namun lembut dan penyayang seperti namamu, Michael. Kamu memang malaikat, malaikat hatiku untuk hari ini dan selamanya.

***
Palangkaraya, 09 Januari 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TERIMA KASIH ATAS KOMENTARNYA :)